Rabu, 25 Februari 2015

Flashback : Menjelang kelahiran Putriku, Deg-degan pas SC

Lanjutan dari posting sebelumnya

Tanggal 28 Februari 2014,
Saya dan suami tiba di RS Budi Lestari, setelah memeriksa surat rujukan, saya dibawa ke Ruang Bersalin. Selain pemeriksaan CTG, dan denyut jantung bayi, saya juga ditensi. Setelah semua normal, saya diminta berganti baju operasi.

Jadwal operasi akan dilaksanakan jam 1 setelah sholat Jum'at.

Entah kenapa malah suami yang tegang dan cemas, sampai lupa menandatangani Surat Izin Operasi hingga harus dikejar sama adik, sementara saya yang tadinya nangis bombay malah lebih tenang dan bisa tertawa.



Sambil menunggu jadwal operasi, bidan menyuntikkan sedikit ampul anestesi di tangan, katanya untuk tes apakah saya alergi dengan obatnya.

Jam 12 siang, saya akhirnya diminta memasuki kamar operasi

Source: RScharitas.com

Kurang lebih seperti inilah kamar operasinya.
Hal pertama yang terlintas di pikiran saya adalah, kenapa tempat tidurnya kecil sekali, kalau saya jatuh bagaimana???

Saya disambut dokter anestesi yang sangat ramah. Saya dipasangkan oksigen, dan alat pengukur detak jantung di jari telunjuk saya.


Tidak lama kemudian, Dokter bedah, dokter kandungan dan seorang bidan memasuki ruangan. Hampir semuanya wanita, kecuali satu orang pria yang ternyata adalah asisten dokter bedah.

Saya diminta duduk dengan melengkungkan punggung untuk selanjutnya disuntikan obat anestesi lokal yang akan membuat saya kebas dari perut kebawah. Sebelum dimulai operasi, saya dipasangkan kateter dan diminta mencoba angkat kaki, yang tentu saja, tidak bisa saya lakukan karena obat biusnya sudah bekerja.

Saat operasi, kami semua tidak henti-hentinya bercanda dan tertawa, mungkin agar saya tidak takut dan tegang.

Ternyata saat dioperasi memang tidak begitu sakit. Rasanya seperti seseorang mengaduk-aduk perut saya.
Setelah beberapa lama dokternya berkata," wah Ini sih tidak bisa normal, lilitannya 2 kali, bu. Bentar ya,"

Dan sedetik kemudian pecah tangis bayi yang terindah yang pernah saya dengar.

Saya sampai menangis terharu dan tak henti-hentinya mengucap syukur.

Lucu kan
"Bayinya perempuan ya bu," dokter lalu memperlihatkan putriku ke hadapanku. Tapi cuma sebentar, karena setelah itu, bidan lalu membawa putriku keluar untuk dibersihkan dan diazani oleh ayahnya.

Dan tidak beberapa lama kemudian, saya pun tertidur akibat pengaruh bius yang disuntikkan ke infus.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Kumpulan Emak Blogger

Translate

Pengikut